Jumat, 01 Maret 2013 - 05:32:42 WIB
Pasukan Prancis Bunuh Komandan AQIM di Mali
Diposting oleh : Administrator
Televisi itu mengatakan, 40 militan yang mencakup Abu Zeid tewas di kawasan Tigargara di Mali utara tiga hari lalu. Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Prancis menolak berkomentar mengenai laporan itu, sementara pemerintah Aljazair tidak memberikan konfirmasi mengenai kematian tokoh AQIM itu.
Al Qaeda di Maghribi Islam (AQIM) memperoleh puluhan juta dolar dari uang tebusan bagi pembebasan sandera Barat yang mereka tahan di markas mereka di Mali utara. Abu Zeid disebut-sebut sebagai salah satu tokoh paling kejam AQIM. Ia diyakini mengeksekusi warga Inggris Edwin Dyer pada 2009 dan pria Prancis berusia 78 tahun, Michel Germaneau, pada 2010.
Diplomat Kanada Robert Fowler, dalam keterangannya mengenai penculikan dirinya oleh kelompok militan di Sahara, menceritakan bagaimana Abu Zeid menolak memberikan obat kepada dua sandera yang menderita disentri, yang salah satunya disengat oleh seekor kalajengking.
Ribuan prajurit internasional yang dipelopori Prancis saat ini berada di Mali untuk memerangi kelompok-kelompok garis keras yang selama beberapa bulan menguasai wilayah utara negara itu.
Prancis, yang bekerja sama dengan militer Mali, pada 11 Januari meluncurkan operasi ketika militan mengancam maju ke ibu kota Mali, Bamako, setelah keraguan berbulan-bulan mengenai pasukan intervensi Afrika untuk membantu mengusir kelompok garis keras dari wilayah utara.
Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret 2012 menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure. Masyarakat internasional khawatir negara itu akan menjadi sarang baru teroris dan mereka mendukung upaya Afrika untuk campur tangan secara militer.
PBB telah menyetujui penempatan pasukan intervensi Afrika berkekuatan sekitar 3.300 prajurit di bawah pengawasan kelompok negara Afrika Barat ECOWAS. Dengan keterlibatan Chad, yang telah menjanjikan 2.000 prajurit, berarti jumlah pasukan intervensi itu akan jauh lebih besar.
Kelompok garis keras, yang kata para ahli bertindak di bawah payung Al Qaeda di Maghribi Islam (AQIM), menguasai kawasan Mali utara, yang luasnya lebih besar daripada Prancis, sejak April tahun lalu.
Pemberontak suku pada pertengahan Januari 2012 meluncurkan lagi perang puluhan tahun bagi kemerdekaan Tuareg di wilayah utara yang mereka klaim sebagai negeri mereka, yang diperkuat oleh gerilyawan bersenjata berat yang baru kembali dari Libya. Namun, perjuangan mereka kemudian dibajak oleh kelompok-kelompok muslim garis keras.
Kudeta pasukan yang tidak puas pada Maret dimaksudkan untuk memberi militer lebih banyak wewenang guna menumpas pemberontakan di wilayah utara, namun hal itu malah menjadi bumerang dan pemberontak menguasai tiga kota utama di Mali utara dalam waktu tiga hari saja. (K-4/EIO)
0 komentar:
Posting Komentar