Senin, 28 Januari 2013 - 15:20:28 WIB
Janjang Seribu, Daya Tarik di Kabupaten Agam
Diposting Oleh : Administrator
Kategori: Info Wisata
"Janjang seribu menjadi daya tarik terhadap perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Agam," kata Irman Gusman.
Janjang Seribu disebut demikian karena jumlah anak tangga sebanyak seribu, berliku-liku menelusuri celah-celah tebing.
Pada masa lalu digunakan masyarakat sebagai jalan untuk tempat mengambil air minum ke lembah Ngarai Sianok dan juga sebagai jalan bagi pelajar ke Bukittinggi.
Menurut dia, potensi objek itu, tentu menjadi ikon baru bagi wisatawan yang mengunjungi objek wisata Ngarai Sianok di kota wisata Bukittinggi, terutama kalangan wisatawan mancanegara.
"Kalangan wisatawan tentunya akan mendatangi serta menikmati keindahan objek wisata Ngarai Sianok dengan menaiki janjang seribu tersebut," kata dia.
Pemerintah Kabupaten Agam dapat mengemas janjang seribu yang berada di Koto Gadang, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
"Tentu tinggal bagaimana Pemerintah Kabupaten Agam mengemas untuk banyak pengunjung datang, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat," ungkap Irman Gusman.
Dia mengatakan, keberadaan Great Wall, jalan dan jenjang yang merangkai hubungan Kota Bukittinggi dengan Koto Gadang , Kabupaten Agam.
"Dengan menyusuri Great Wall ini berarti orang bisa menelusuri jejak sejarah gemilang yang pernah ditorehkan Bukittinggi dan Koto Gadang beserta orang-orang besar dan terkenal yang pernah dilahirkan," kata dia.
Dia menambahkan, Pemda Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi harus merancang dan memperkuat kerjasama dan sinergisitas agar pengembangan wisata sejarah yang modern dan religius tersebut bisa diwujudkan.
Sementara itu, Hazirman, salah seorang tokoh masyarakat menyatakan, pembangunan janjang seribu yang berada di Koto Gadang itu ide dari Menteri Komunikasi, Tifatul Sembiring merupakan putra daerah Koto Gadang, Kabupaten Agam.
"Menkominfo menawarkan pembangunan dan renovasi Ngarai Sianok, yang akan dibentuk seperti Tembok China," kata dia Dia menambahkan, biaya pembangunan jenjang tersebut mencapai Rp. 2 milar dilakukan dua tahap, dana itu tak berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau pun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, melainkan dari sumbangan alumni SMA se-Bukitinggi dan para perantau Koto Gadang.
"Pembangunan janjang seribu dilakukan secara bergotong royong, dana pembangunan itu berasal dari perantau Koto Gadang," kata dia. (K-5/el)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar