About

Information

Selasa, 28 Mei 2013

FITRA: Kenaikan BBM Untuk Penghematan Anggaran Hanya Omong Kosong

Selasa, 28 Mei 2013 - 12:14:48 WIB
FITRA: Kenaikan BBM Untuk Penghematan Anggaran Hanya Omong Kosong
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Bisnis 


Komhukum (Jakarta) - Dalam RAPBN Perubahaan 2013, pemerintah akan melakukan pengendalian BBM atau mengurangi subsidi BBM alias mengusulkan kenaikan BBM. Usulan dari pemerintah SBY-Boediono ini sangat didukung oleh kelas menengah perkotaan.

"Alasan dan harapan mereka, dengan kenaikan BBM, maka subsidi untuk rakyat miskin akan berkurang, dan alokasi anggaran ini akan dialihkan ke perbaikan infrastruktur jalan, sesuai dengan janji yang didengungkan-dengungkan Pemerintah,"  kata Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Uchok Sky Khadafi melalui rilis yang diterima Komhukum.com di Jakarta, Selasa (28/05).

Padahal menurut Uchok Sky, pengalihan alokasi anggaran kenaikan BBM untuk penghematan anggaran dan untuk perbaikan jalan sebetulnya itu hanya akal-akalan pemerintah saja. "Sebetulnya itu hanya omong Kosong saja," katanya.

FITRA beralasan, volume subsidi BBM dalam APBN 2013 sebanyak 46,0 juta kiloliter, dan kalau bisa dikendalikan subsidi dengan menaikan harga sampai sebesar Rp. 6.500 untuk satu liter, maka pada APBN Perubahaan 2013, volume subsidi bisa dipatok sampai 48,0 juta kiloliter. 

Tetapi kata Uchok Sky, kalau DPR tidak menyetujuui untuk mengurangi subsidi atau menaikan harga BBM, maka volume subsidi BBM bisa tembus sampai sebanyak 50,0 juta kiloliter, atau dipatok sampai 53,0 juta kilo saja. Dengan demikian, penghematan anggaran kenaikan BBM ini hanya sebesar 5 juta kiloliter. 

"Dan bila harga minyak dunia, 1 liter Rp.10.000, dan Pemerintah menyatakan bahwa mereka memberikan subsidi untuk satu liter sebesar Rp. 3.500, dengan harga jual sebesar Rp. 6.500, maka jumlah total penghematan hanya sebesar Rp. 5 juta kiloliter dikali Rp.3.500 sama dengan Rp. 17.5 triliun," terang Uchok Sky.

Dengan demikian penghematan anggaran atas kenaikan BBM ini hanya sebesar Rp. 17.5 triliun. Anggaran sebesar itu berdasarkan perhitungan FITRA sudah habis diperuntukkan bagi alokasi bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) yang dialokasikan sebesar Rp. 11.6 Triliun yang diperuntukkan bagi 15.5 Juta RTSM (Rumah Tangga sangat Miskin). Di mana untuk setiap RTMS diberikan sebesar Rp. 150 ribu perbulan selama 5 Bulan.

Yang lebih parah lagi kata Uchok Sky, dari alokasi penghematan kenaikan BBM ini, maka akan ada penambahan anggaran untuk program pembangunan infrastuktur sebesar Rp. 6 triliun. 

"Anggaran sebesar Rp. 6 triliun ternyata bukan digunakan untuk memperbaiki jalan yang banyak rusak, tetapi lebih kepada infrastruktur air bersih, irigasi dan embung serta Program Pembangunan Infrakstuktur Perdesaan (PPIP)," tandasnya.

Dengan demikian menurut perhitungan Uchok Sky, penghematan anggaran dari hasil kenaikan harga BBM atau pemotongan subsidi BBM sebetulnya sudah habis hanya  pada 2 program saja, yaitu, BLSM yang dialokasi sebesar Rp.11.6 Triliun dan  program pembangunan infrastuktur sebesar Rp. 6 Triliun.

"Jadi, kenaikan BBM ini bukan sebuah penghematan anggaran yang akan dialihkan untuk perbaikan infrastuktur jalan yang rusak, tetapi sudah menjurus kepada pemborosan anggaran," katanya. (K-2/yan)

0 komentar:

Posting Komentar