About

Information

Sabtu, 04 Mei 2013

Sate Buntel Solo Setusuk Saja Tak Akan Cukup

Sabtu, 04 Mei 2013 - 06:38:53 WIB
Sate Buntel Solo Setusuk Saja Tak Akan Cukup
Diposting Oleh : Administrator
Kategori: Kuliner 


Komhukum (Solo) - Satu hal yang menarik saat berkunjung ke berbagai daerah di nusantara adalah kebudayaannya yang beraneka ragam. Apalagi kebudayaan yang terkait dengan urusan lidah alias budaya kuliner, siapa yang tidak doyan coba?

Semacam saat berkunjung ke kota Solo, Provinsi Jawa Tengah, saya mencicipi sate buntel yang sangat unik namun super lezat! Saat menyantap sate buntel, jangan berharap anda akan dihidangkan seporsi sate kambing berisi 10 tusuk plus lontong atau nasi. Sate buntel ini dijual secara ketengan per tusuknya. 

Maklum saja, sate buntel ini ukurannya ekstra gede dibanding sate kambing ala Madura. Perbandingannya satu tusuk sate buntel, isi daging dan lemaknya setara dengan 10 tusuk sate kambing biasa. Sate buntel banyak dijajakan di kota batik ini. Saya pun mampir di sebuah kedai sate kambing di daerah Lojiwetan.

Penasaran, saya pun memesan 3 tusuk sate buntel. Mengintip ke dapur pembuatannya, sate buntel ini ternyata dibuat dari daging kambing cincang yang dicampur dengan berbagai bumbu/rempah-rempah. Sang juru masak mengambil segenggam olahan daging kambing cincang tadi dan membungkusnya dengan lemak kambing yang berbentuk lembaran. 

Bongkahan daging dan lemak ini pun ditusukkan pada sebatang sujen/tusuk sate berukuran tebal dan dibakar seperti sate biasa pada umumnya. Sembari menunggu sate buntel pesanan saya dibakar, saya pun ngobrol santai dengan pelayan kedai sate ini. 

Si pelayan bercerita kalau pada zaman orde baru dulu, sate buntel adalah hidangan kesukaan mantan Presiden Soeharto. Bahkan masyarakat kota Solo sangat bangga dengan kuliner sate buntelnya, sama seperti mereka membanggakan serabi Solo yang legit itu. Tak terasa, sate buntel pesanan saya akhirnya tiba di meja. Saya memesan 3 tusuk sate buntel plus sepiring nasi dan es teh manis. 

Setelah mencuci tangan dan mengucapkan doa, saya pun mulai menyantap sate buntel yang legendaris ini. Rasa khas sate kambing dibungkus lemak yang dibakar ini...hmmm...mantap banget deh! Saya bingung mau membandingkan dengan apa rasa sate buntel ini. Daging kambing yang empuk bercampur rempah-rempah dan lemak yang mencair memang tiada tandingannya. 

Dagingnya empuk, tapi tidak bau prengus (kambing). Dihidangkan dengan pilihan bumbu kecap atau bumbu kacang, sama enaknya. Saya memilih bumbu kecap yang merupakan “pasangan sejati” hidangan sate kambing. Pelengkapnya adalah potongan tomat, bawang merah dan cabe rawit. Masih kurang pedas? Tambahkan saja sambal yang terbuat dari ulekan cabai rawit, pedasnya dijamin menggigit di lidah!

Puas menikmati sate buntel ini, saya hanya merogoh kocek Rp 11.000 saja untuk per tusuk sate buntel ditambah Rp 3.000 untuk nasi putih dan Rp 2.500 untuk es teh manis. Kenyang dan puas, itu pasti. Namun buat mereka yang rentan pada kolesterol, sebaiknya menghindari hidangan berlemak nan nikmat ini. (K-4/Iyo)

0 komentar:

Posting Komentar