Selasa, 05 Februari 2013 - 17:43:06 WIB
Parpol Rusak Karena Perilaku Korupsi Kader
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Politik
Komhukum (Jakarta) - Partai politik (parpol) dikhawatirkan akan semakin ditinggalkan rakyat jika perilaku korupsi para kadernya tidak segera dihentikan.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menilai, sistem dan cara kerja parpol selama ini memang cenderung rusak karena perilaku korupsi kader.
Akibatnya, parpol yang sejatinya dibentuk sebagai pilar demokrasi kini menjadi tempat berlindung untuk melakukan korupsi.
“Hal ini makin hari makin sulit dicegah. Kebutuhan dana menghadapi pemilu besar, sedangkan sumber dana terbatas,” ujar Syamsuddin di Jakarta, Selasa (5/02).
Syamsudin mengatakan, kader parpol yang memiliki kewenangan dan menduduki jabatan strategis akan diminta mencari sumber dana segar untuk menghidupkan mesin partai. Sayangnya, sumber dana itu diambil dari negara dan dengan cara yang tidak benar.
“Menurut saya, agar kondisi ini bisa direm, perlu diatur lebih tegas transparansi anggaran parpol. Kemudian masalah pengaturan sumber dana juga harus diperjelas,” ucapnya.
Terpisah, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto mengatakan, korupsi terjadi karena parpol tidak memiliki sumber pendanaan yang jelas. “Karena itulah politisi selalu menjadi pemain lapangan yang membahayakan,” jelasnya.
Menanggapi hal itu, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengakui, watak politik sebenarnya identik dengan korupsi.
Hanya saja, kemunculannya bisa terlihat spektakuler atau tidak. Menurut dia yang tampak lebih dahsyat jika praktik korupsi itu dilakukan pimpinan tertinggi partai.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menilai, sistem dan cara kerja parpol selama ini memang cenderung rusak karena perilaku korupsi kader.
Akibatnya, parpol yang sejatinya dibentuk sebagai pilar demokrasi kini menjadi tempat berlindung untuk melakukan korupsi.
“Hal ini makin hari makin sulit dicegah. Kebutuhan dana menghadapi pemilu besar, sedangkan sumber dana terbatas,” ujar Syamsuddin di Jakarta, Selasa (5/02).
Syamsudin mengatakan, kader parpol yang memiliki kewenangan dan menduduki jabatan strategis akan diminta mencari sumber dana segar untuk menghidupkan mesin partai. Sayangnya, sumber dana itu diambil dari negara dan dengan cara yang tidak benar.
“Menurut saya, agar kondisi ini bisa direm, perlu diatur lebih tegas transparansi anggaran parpol. Kemudian masalah pengaturan sumber dana juga harus diperjelas,” ucapnya.
Terpisah, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto mengatakan, korupsi terjadi karena parpol tidak memiliki sumber pendanaan yang jelas. “Karena itulah politisi selalu menjadi pemain lapangan yang membahayakan,” jelasnya.
Menanggapi hal itu, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengakui, watak politik sebenarnya identik dengan korupsi.
Hanya saja, kemunculannya bisa terlihat spektakuler atau tidak. Menurut dia yang tampak lebih dahsyat jika praktik korupsi itu dilakukan pimpinan tertinggi partai.
“Faktanya semua partai ada korupsinya. Tinggal tunggu saja kapan korupsi yang dilakukan kader partai itu terungkap. Ini hanya perihal arisan nasib. Tapi saya percaya hukum universal. Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga,” tegasnya. (K-5/Roy)
0 komentar:
Posting Komentar