About

Information

Jumat, 22 Februari 2013

Nasional ( Politik ), Jumat 22 Februari 2013

Jumat, 22 Februari 2013 - 12:22:53 WIB
Menanti Pertarungan PDIP Dan Demokrat di Pilgub Jateng
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Politik 


Komhukum (Jakarta) - Hari pemungutan suara tinggal tiga bulan, namun sampai sekarang belum jelas siapa saja yang bakal bertarung dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah yang dihelat pada 26 Mei 2013.

Beredar sejumlah nama yang bakal menantang pejabat kini (incumbent), Bibit Waluyo, yang dielus-elus Partai Demokrat untuk bertarung kembali. Sebagai "juara bertahan", popularitas mantan Pangdam IV/Diponegoro itu masih lumayan tinggi.

Sementara, PDIP sebagai pemenang Pemilu 2009 di Jawa Tengah, disesaki pelamar calon, antara lain, Wakil Gubernur Jateng Rustriningsih, anggota DPR Ganjar Pranowo, dan Bupati Sumedang Don Murdono. Ketiganya merupakan kader tulen PDIP. Ada pula Sekda Provinsi Jateng Hadi Prabowo.

Memang hanya Demokrat dan PDIP yang bisa mengusung sendiri calonnya, sedangkan partai lain wajib berkoalisi. Dari 100 kursi DPRD Jateng, PDIP mendudukkan 23 wakilnya, Demokrat (16), Golkar (11), PKS (10), PAN (10), Gerindra (9), PKB (9), PPP (7), Hanura (4), dan PKNU hanya satu wakil.

PDIP sebagai juara Pemilu 2004 dan 2009 di Jateng yang sukses mengantarkan Bibit Waluyo dan Rustriningsih sebagai gubernur dan wakil gubernur dalam Pilgub Jateng 2008, tentu tak ingin keok walaupun calonnya bukan "incumbent".

Kepastian Demokrat mengusung Bibit memang belum final, namun Demokrat Jateng pada 16 Februari 2013 sudah mengirim surat usulan agar Majelis Tinggi partai ini menetapkan Bibit sebagai cagub.

Jika melihat peluangnya, Demokrat tidak keliru memilih Bibit karena mantan Pangkostrad dan Pangdam IV/Diponegoro ini punya popularitas paling tinggi. Selain itu, Partai Amanat Nasional juga sudah menyalakan lampu hijau dukungan kepada Bibit.

Mendongkrak popularitas seseorang dengan tiga bulan waktu tersisa bukan pekerjaan mudah. Popularitas memang tidak selalu paralel dengan elektabilitas, namun tetap dibutuhkan dalam pemilihan yang melibatkan sekitar 27,4 juta pemilih di Jateng.

Melihat nama sejumlah calon yang mendaftar melalui PDIP, mereka adalah pesaing yang sepadan dengan Bibit. Wagub Rustriningsih, andai PDIP legawa mengusungnya, bakal menjadi lawan sengit bagi Bibit dalam pilgub Apalagi bila bisa menemukan racikan yang pas dengan menempatkan cawagub yang berpengalaman di birokrasi.

Masalahnya, sampai Jumat (22/02) DPP PDIP belum mengumumkan siapa cagub yang diusungnya. Di luar Demokrat dan PAN, ada gelagat partai menengah, seperti Golkar, PKS, PPP, PKB, dan Gerindra, menunggu pengumuman calon dari PDIP.

Gerindra, misalnya, malah sudah mengusulkan Rustriningsih sebagai cagub. Langkah ini bisa dibaca sebagai ancang-ancang untuk memperoleh sosok populer dan berpeluang menang jika kelak ia "ditelantarkan" PDIP. Begitu pula dengan Sekda Hadi Prabowo, banyak partai yang mengincarnya, termasuk PPP.

Golkar yang sebelumnya mencoba menggalang koalisi besar partai menengah tampaknya harus mencari mitra lain bila tidak ingin masuk barisan PDIP atau Demokrat. Tentu sebagai pemilik 11 kursi DPRD Jateng, Golkar layak menempatkan cawagubnya.

Siap Bertarung Dalam situasi yang belum pasti siapa saja calon Gubernur Jateng, posisi Bibit lebih diuntungkan. Mantan Pangdam IV/Diponegoro ini selalu menyatakan siap bertarung kembali dalam pilgub dan yakin bakal memperoleh dukungan dari partai.

Pria kelahiran Klaten pada 5 Agustus 1949 optimistis bakal memenangi pilgub mendatang karena sudah membuktikan hasil kerjanya selama 4,5 tahun sebagai gubernur.

"Saya sudah bekerja 4,5 tahun sebagai Gubernur Jateng, sedangkan yang lain (bakal calon lain) baru akan melakukan ini dan itu," katanya di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Sabtu (16/02) dini hari.

Oleh karena itu, dalam berbagai kesempatan ia juga memaparkan sukses program "Bali Ndeso, Mbangun Deso" yang disusun bersama PDIP pada Pilgub Jateng 2008.

Berdasarkan riset Lembaga Pengkajian Survei Indonesia Jateng, Mei 2012, popularitas Bibit paling tinggi, yakni 65 persen atau unggul tipis atas Rustriningsih, 63 persen.

Namun, menurut Direktur LPSI Jateng Mochamad Yulianto, dari sisi elektabilitas, kala itu Bibit masih di bawah 20 persen. Sangat mungkin dua variabel penting tersebut saat ini sudah berubah seiring dengan perubahan persepsi publik terhadap tokoh-tokoh tersebut.

Bibit menyadari bahwa bekal popularitas saja tidak cukup bila tidak didukung variabel keterpilihan yang tinggi. Karena itu ia rajin turun ke daerah seraya menunjukkan hasil kerjanya selama 4,5 tahun sebagai Gubernur Jateng.

Bagi "incumbent", variabel sukses selama memimpin sebelumnya merupakan modal besar untuk mendongkrak elektabilitas. Karena itu Bibit rajin pamer keberhasilan program "Bali Ndeso Mbangun Deso" yang digagas bersama PDIP dalam Pilgub Jateng 2008.

Gaya bicaranya memang ceplas ceplos, bahkan kadang menyulut konflik, seperti ketika menilai kesenian jaran kepang (kuda lumping) merupakan kesenian terjelek di dunia. Begitu pula rencananya membangun hotel di eks Pabrik Es Saripetojo Solo yang menyulut polemik terbuka dengan Wali Kota Surakarta kala itu Joko Widodo (Jokowi).

Akan tetapi, di luar penilaian merah itu, Bibit memang sosok pekerja keras dan sosok orang lapangan tulen. Sejauh ini dia juga termasuk pejabat yang jauh dari gosip korupsi.

Di luar nama-nama yang sudah dikenal publik, masih ada belasan orang yang juga punya syahwat politik untuk bertarung dalam pilgub melalui PDIP. Namun, kata akhir siapa yang bakal diusung tetap di tangan DPP PDIP.

Tanpa menafikan keberadaan partai-partai menengah, PDIP dan dan Demokrat sudah dipastikan bakal mengerahkan segala daya agar jagonya memenangi pilgub.

Pilgub kali ini merupakan pertaruhan gengsi antara PDIP dan Demokrat ketika pamor Golkar menyusut di Jateng. Golkar pada Pilgub Jateng 2008 mengusung calon sendiri namun kalah.

Pilgub Jateng 2013 juga akan jadi indikator seberapa besar dukungan rakyat provinsi ini kepada partai sebelum bertempur pada Pemilu 2014. Pilgub 2013 juga menjadi semacam uji kelaikan seberapa tangguh dan efektif mesin partai bekerja.

Di provinsi yang menjadi jantung konstituen nasionalis ini, PDIP ingin membuktikan bahwa mesin partainya masih efektif menggalang dukungan meski calon yang diusung bukan "incumbent".

Sementara, Demokrat punya optimisme tinggi bahwa Bibit bakal kembali berkuasa hingga 2018 sebagai Gubernur Jateng. (K-5/el)

0 komentar:

Posting Komentar