About

Information

Selasa, 15 Januari 2013

Ekonomi, Selasa 15 Januari 2013

Selasa, 15 Januari 2013 - 11:49:16 WIB
Selasa Pagi, Kurs Rupiah Melemah 60 Poin
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Perbankan 


Komhukum (Jakarta) - Kurs mata uang rupiah pada Selasa pagi (14/1) bergerak melemah sebesar 60 poin menyusul tingginya impor bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Selasa pagi bergerak melemah nilainya sebesar 60 poin menjadi Rp. 9.810 dibanding sebelumnya di posisi Rp. 9.750 per dolar AS.

Analis Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, mengatakan, nilai tukar domestik kembali bergerak melemah setelah penilaian Bank Indonesia (BI), dimana pelemahan rupiah disebabkan lonjakan konsumsi BBM yang membuat pemerintah terpaksa mengimpor.

"Besarnya volume impor itu menyebabkan permintaan terhadap dolar AS tinggi sehingga meningkatkan nilai tukarnya," kata dia. Meski demikian, adanya intervensi dari Bank Indonesia akan mampu menghampat rupiah terdepresiasi lebih dalam terhadap dolar AS.

Ia menambahkan, pelemahan kurs mata uang rupiah juga tertahan dipicu kabar dari The Fed yang menilai program pelonggaran kuantitatif (QE) dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi AS lebih lanjut dan tidak akan membuat inflasi naik signifikan. "Setidaknya, kabar dari The Fed itu bisa mengurangi kekhawatiran penarikan stimulus yang lebih cepat," kata dia.

Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan, membaiknya beberapa data ekonomi negara Eropa, serta China belum mampu mendorong nilai tukar rupiah kembali terapresiasi. "Namun, diperkirakan BI masih menjaga fluktuasi nilai tukar domestik agar kisarannya tidak terlalu lebar," kata dia. (K-4/EIO)


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selasa, 15 Januari 2013 - 11:03:20 WIB
Duet Moge Kawasaki Siap Membakar Aspal
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Bisnis 



Komhukum (Jakarta) - Belum lama ini PT. Kawasaki Motor Indonesia (KMI) baru saja “membisikkan” akan meluncurkan motor street fighter kelas 250 cc. Ternyata KMI lagi-lagi membuat kejutan yang bakal menggembirakan para penggemar motor gede (moge) kelas 500 cc up.

Masih ingat dengan hadirnya dua moge “misterius” garapan Kawasaki pada even Jakarta MotorCycle Show 2012 lalu? Di stand Kawasaki terpajang megah varian moge ZX-6R dan ZX-14R.

Masih pada event yang sama, kedua varian moge ini pun siap untuk dipesan konsumen melalui proses indent yang pasti jangka waktunya. Menurut sumber yang terpercaya, pihak KMI baru saja mengkonfirmasikan untuk segera memasarkan duet moge ini!

Dengan kapasitas mesin yang boleh dibilang wow untuk pasaran di dalam negeri, berapa sih harga on the road (OTR) kedua unit moge ini?

Rencananya pihak KMI akan membanderol tipe ZX-6R di kisaran harga Rp. 230 jutaan dan ZX-14R masih berkisar sedikit di atas angka Rp. 300 jutaan. Mahal? Sebanding dengan teknologi dan image yang ditawarkan dari sebuah moge lansiran Kawasaki.

Namun, begitu pihak KMI optimis kedua varian mogenya akan sukses di pasaran. Bisa demikian karena market usernya memang ada dan selama ini boleh dibilang untuk moge kelas 500 cc up celah pasarnya hanya diisi oleh Kawasaki ER-6N bermesin 650 cc.

Calon konsumen lainnya datang dari kelas user 250 cc yang ingin “naik kelas”. Ketimbang “ngobrak-abrik” mesin moge 250 cc untuk menaikkan kapasitas mesin, lebih baik keluar biaya lebih untuk mendapatkan moge tulen berkapasitas 600 cc dan 1400 cc yang siap membakar aspal. (K-4/Iyo)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selasa, 15 Januari 2013 - 00:37:06 WIB
Pengendalian Gagal, Tempuh Penyesuaian Harga BBM
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Bisnis 

Komhukum (Jakarta) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dapat dilakukan tahun ini apabila upaya pengendalian konsumsi gagal dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Kalau tidak bisa dikendalikan, bagi Kementerian Keuangan itu adalah sinyal bahwa mungkin kita harus menyesuaikan harga BBM," ujarnya dalam rapat kerja pembahasan Outlook Perekonomian 2013 dengan DPR RI di Jakarta, Senin (14/1).

Menurut Agus, potensi kelebihan konsumsi BBM bersubsidi dari 46 juta kiloliter yang ditetapkan dalam APBN 2013 sangat besar, dan hal tersebut dapat meningkatkan beban fiskal yang semakin bertambah setiap tahun, akibat pembengkakan belanja subsidi energi.

Untuk itu, penyesuaian harga BBM bersubsidi dapat dilakukan untuk mengurangi beban belanja subsidi energi serta mengantisipasi tidak tercapainya asumsi makro dalam APBN seperti harga ICP minyak, lifting minyak serta nilai tukar, yang terjadi pada 2012.

"Kalau kita lihat asumsi makro untuk ICP naik, nilai tukar melemah dan telah kita hitung ulang namun kita tidak bisa mengantisipasi, maka kami akan menyesuaikan harga BBM," katanya.

Namun, Agus memastikan pemerintah belum akan melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dalam waktu dekat karena masih membutuhkan pembahasan antar internal pemerintah serta mempertimbangkan dampak sosial dari pemberlakukan kebijakan tersebut.

"Hari ini kami belum berencana menaikkan harga BBM bersubsidi, tapi kami akan membahas dengan internal pemerintah. Kami akan terus mengkaji karena belum tentu 2014 bisa dinaikkan, dan begitu pula 2015 karena telah ada pemerintahan baru," kata Agus.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menambahkan tingginya konsumsi BBM serta belanja subsidi BBM yang besar merupakan permasalahan sentral yang harus diatasi dengan segera.

"Pengurangan konsumsi BBM ataupun subsidi BBM akan menurunkan, tidak hanya beban anggaran pemerintah, namun juga tekanan pada neraca pembayaran secara signifikan," katanya. Menurut dia, konsumsi BBM yang terus meningkat ditengah semakin menurunnya produksi minyak akan terus mendorong peningkatan impor minyak dan memperbesar defisit transaksi berjalan.

"Meningkatnya konsumsi BBM juga dapat meningkatkan beban subsidi yang dapat mempengaruhi persepsi negatif mengenai kesinambungan fiskal dan memberikan tekanan pada nilai rupiah," ujar Darmin. (K-4/EIO)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selasa, 15 Januari 2013 - 00:35:33 WIB
Kementan Akan Berikan Kompensasi Peternak Itik
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Bisnis 

Komhukum (Sleman) - Kementerian Pertanian (Kementan) akan memberikan kompensasi bagi peternak itik yang terserang virus flu burung.

"Kami telah mengajukan dana kompensasi untuk peternak itik ke Kementerian Keuangan sebesar Rp. 210 miliar," kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan ketika mengunjungi kelompok Peternak Ayam Buras Arum Jaya, Dusun Sebaran, Desa Sidoarum, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (14/1).

Menurut dia, kompensasi ini diberikan bagi peternak itik yang bersedia memusnahkan ternaknya untuk mengantisipasi penyebaran flu burung atau H5N1 clade 2.32. "Peternak enggan untuk memusnahkan itiknya karena motif ekonomi. Untuk peternak itik yang ternaknya terserang flu burung," katanya.

Ia mengatakan, bantuan kompensasi ini tidak berwujud uang, namun bibit ternak dan pakan ternak. "Dengan bentuk bantuan seperti itu, peternak tetap bisa memelihara itik. Tapi kalau kami berikan dalam bentuk uang tunai, dikhawatirkan tidak diwujudkan ternak, tetapi untuk kebutuhan konsumtif," katanya.

Ia mengatakan, flu burung yang menyerang itik tidak menjangkit ke ayam. "Kami pastikan, flu burung yang menyerang itik tidak menyerang ayam. Karena kami sudah turun lapangan dan penularan ke ternak ayam belum kami temukan," katanya.

Rusman mengatakan, kunjungan ke kelompok Peternak Ayam Buras Arum Jaya Sebaran, Desa Sidoarum, Kecamatan Godean, tersebut untuk meyakinkan kepada peternak ayam.

"Pada 2003 flu burung menyerang pada berbagai ternak unggas dan terbanyak pada ayam. Namun sekarang ini, flu burung yang menyerang itik H5N1 clade 2.3.2. Genetik flu burung ini berbeda dengan flu burung yang menyerang pada 2003 lalu. Makanya kami menyakinkan kepada peternak ayam, bahwa ternak ayam bebas flu burung," katanya. (K-4/EIO)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tiga Tantangan Ekonomi di Tahun 2013
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Perbankan 

Komhukum (Jakarta) - Bank Indonesia (BI) menyatakan ada tiga tantangan utama bagi Indonesia di tengah optimisme terhadap prospek perekonomian 2013.

"Pertama adalah risiko yang bersumber dari masih tingginya ketidakpastian pemulihan ekonomi global dan harga komoditas yang dapat mengganggu kinerja ekspor Indonesia," kata Gubernur BI Darmin Nasution saat rencana kerja dengan DPR di Jakarta, Senin (14/1).

Menurut Darmin, dalam kondisi tersebut, kuatnya permintaan domestik yang terus berlanjut dapat meningkatkan tekanan terhadap neraca transaksi berjalan. Tantangan yang kedua yakni konsumsi BBM yang terus meningkat di tengah semakin menurunnya produksi minyak.

"Hal ini akan semakin mendorong peningkatan impor minyak sehingga semakin memperbesar defisit transaksi berjalan," ujar Darmin.

Di samping itu, lanjut Darmin, meningkatnya konsumsi BBM dapat meningkatkan beban subsidi dalam APBN, yang dapat mempengaruhi persepsi negatif mengenai kesinambungan fiskal. "Pada gilirannya, hal itu kemudian dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah," katanya.

Tantangan yang ketiga yakni ketergantungan impor yang tinggi terkait barang modal dan bahan baku. "Ketergantungan impor dapat menimbulkan tekanan terhadap transaksi berjalan ketika kegiatan investasi terus mengalami peningkatan," jelas Darmin.  (K-4/EIO)

0 komentar:

Posting Komentar