About

Information

Rabu, 06 Maret 2013

Kriminolog: Mutilasi Bentuk Ekspresi Kemarahan Pelaku

Rabu, 06 Maret 2013 - 07:54:03 WIB
Kriminolog: Mutilasi Bentuk Ekspresi Kemarahan Pelaku
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Kriminal 


Komhukum (Jakarta) - Terkait penemuan beberapa bagian tubuh manusia di jalan tol Cikampek arah Bekasi yang diduga kasus mutilasi membuat perhatian kriminolog yang melihat kasus tersebut.

Menurut pandangan salah seorang kriminolog, Reza Indragiri mengatakan bahwa faktor pelaku memutilasi korbannya merupakan tindakan untuk menghilangkan jejak.

"Kalau instrumental, dia mencabut nyawa korban. Tapi mutilasi punya tujuan tertentu untuk menghilangkan barang bukti. Tidak ada sangkut paut dengan perasaan amarah," ujar Reza saat dihubungi, Rabu (6/03).

Selain itu Reza mengungkapkan bahwa tindakan mutilasi tersebut merupakan bentuk ekspresi kemarahan pelaku. "Si pelaku tidak cukup membunuh korban. Untuk meluapkan ekspresi kemarahannya, tapi juga melakukan cederaan parah," lanjutnya.

Ia menjelaskan terkait potongan yang ditemukan akan memberikan gambaran pelaku melakukan mutilasi itu. "Untuk alasan pelaku memutilasi korban bisa dilihat dari potongan tubuh, potongan itu akan memberikan gambaran pelaku melakukan mutilasi. Pada akhirnya dia merasakan emosional yang dahsyat," jelasnya.

Selain itu, dalam kasus mutilasi signifikan asumsi awal dendam, sakit hati, tapi Reza menekankan kalau proses pembelajaran, ini bukan emosi. Tapi ini merupakan bentuk pembelajaran pelaku yang tak sempurna.

"Ada proses pembelajaran yang tak sempurna. Karena ada muatan kecemasan tidak sempurna akhirnya pelaku berpikir untuk membuang tidak sampai ke titik tujuan yang diinginkan sebelumnya, biasanya idealnya pelaku membuang di tempat sampah. Tapi karena cemas dia buang ke titik pertengahan," jelasnya.

Dalam setiap kasus mutilasi, Reza mengkhawatirkan terkait petugas kepolisian yang kurang cepat dalam setiap pemecahan kasus mutilasi. "Dalam kasus mutilasi yang saya khawatir track rekord polisi memecahkan kasus mutilasi nggak begitu baik. Dari yang sudah-sudah tidak ada peristiwa tunggal, ada terjadi lagi. Diduga akan ada lagi korban. Yang saya khawatirkan, pelaku tampaknya orang itu-itu lagi. Dia mengalami peningkatan kecanggihan pelaku. Modusnya dia belajar," paparnya.

Ia juga menerangkan secara statistik kasus pembunuhan banyak. Tapi mutilasi tak banyak. "Kalau kesimpulan cenderungan orang dekat agak rapuh, karena datanya sedikit. Kecuali kekerasan seksual pada anak," tukas Reza Indragiri. (K-4/Shilma)

0 komentar:

Posting Komentar