About

Information

Senin, 11 Maret 2013

"Kocok!" Cerita Dibalik Arisan Sosialita

Sabtu, 09 Maret 2013 - 09:25:26 WIB
"Kocok!" Cerita Dibalik Arisan Sosialita
Diposting Oleh : Administrator
Kategori: Gaya Hidup 


Komhukum (Jakarta) - Sasakan rambut tinggi, tas Hermes, gaun mahal, sepatu berhak 15 centimeter, sesi foto dengan fotografer profesional, itulah yang muncul di benak ketika seseorang mendengar kata "arisan sosialita".

"Kocok! The Untold Stories of Arisan Ladies and Socialites" memang benar-benar memotret para pelaku arisan dari tangan pertama.

Para penulisnya, Joy Roesma dan Nadia Mulya, mengikuti banyak arisan demi mendapatkan informasi dari 234 arisan ladies, sebutan dalam buku untuk perempuan pelaku arisan, berusia 20 hingga 40 tahun.

Buku ini digarap sejak April 2012 dan Februari lalu telah diluncurkan dengan cetakan pertama sebanyak 7.000 eksemplar. Ya, arisan yang dibahas Nadia dan Joy memang identik dengan perempuan. Tidak hanya melihat dari sisi para pelaku, penulis juga mencantumkan pendapat sosiolog untuk menjelaskan sejarah dan perkembangan arisan.

Ratih Ibrahim, psikolog, menuangkan pendapatnya tentang arisan dalam buku ini. Menurutnya, arisan dapat menjadi ajang "pelepasan stres" setelah bekerja. "Selain itu, arisan juga membuat aktivitas menabung menjadi tidak terasa, karena bila beruntung bisa langsung mendapat uang dalam jumlah besar."

Apakah arisan hari ini hanya sekedar kumpul-kumpul dan menarik uang? Di sini Nadia dan Joy mengupas pergeseran kegiatan arisan. Bila awalnya mengocok arisan dilakukan di rumah salah satu anggota, umumnya anggota yang dapat arisan pada "kocokan" sebelumnya, kini tradisi itu ditinggalkan.

Kafe, restoran, klub ternama di ibukota pun menjadi pilihan para arisan ladies untuk kumpul-kumpul. Bahkan ada yang sengaja ke luar negeri untuk arisan! Beberapa arisan darling yang menjadi responden mereka mengaku menyewa jasa fotografer profesional agar sesi foto arisan lebih maksimal.

Arisan para sosialita pun tidak melulu seperti yang selama ini digambarkan dalam film, glamor, make up dan tatanan rambut maksimal, dan hura-hura. Ada juga para sosialita yang justru memilih berdandan santai ketika arisan atau mengadakannya sebagai ajang untuk membantu kaum yang membutuhkan.

Bagaimana dengan kocokan? Variatif. Mulai dari uang, paket jalan-jalan, berlian, hingga manusia pun menjadi "tarikan arisan". Fakta-fakta tentang arisan pun dibeberkan dengan lugas. Mulai dari jumlah arisan yang diikuti para arisan darling, respon pasangan terhadap kegiatan ini, hingga cerita orang dalam tentang kegiatan-kegiatan selama arisan.

Untuk fakta-fakta yang mencengangkan tentang arisan, seperti membeli tas "KW" demi kelihatan up to date, Nadia dan Joy sengaja tidak mencantumkan identitas responden mereka. Nadia dan Joy menceritakan fenomena arisan dengan bahasa yang santai dan mudah dipahami. Mereka juga kerap menyisipkan istilah-istilah yang populer digunakan dalam bahasa percakapan sehari-hari, seperti "nge-hits", "konek" dan "lebay".

Penulis pun dengan apik membawa pembaca ke dunia glamor para sosialita pelaku arisan. Agar pembaca tidak bingung, mereka memperkenalkan definisi para pelaku arisan, istilah-istilah dalam arisan, hingga "must have item" saat arisan.

"Masyarakat metropolitan melihat tas sebagai indikator strata sosial. Juara bertahan tetap dipegang oleh Hermes (Birkin dan Kelly)." Ilustrasi mengenai jadwal harian arisan darling pun menjawab rasa penasaran pembaca yang ingin tahu kesibukan para sosialita. (K-4/EIO)

0 komentar:

Posting Komentar