About

Information

Minggu, 24 Maret 2013

Wianta Napak Tilas Ke Pulau Rempah-rempah

Sabtu, 23 Maret 2013 - 11:12:35 WIB
Wianta Napak Tilas Ke Pulau Rempah-rempah
Diposting Oleh : Administrator
Kategori: Info Wisata 


Komhukum (Denpasar) - Pulau Run, Kepulauan Banda, Malaku terkenal dengan rempah-rempahnya sejak abad ke-XVI. Hingga pulau ini menjadi rebutan Belanda, Inggris dan Portugis. Tertarik dengan hal itu, Made Wianta (62), seniman kondang Bali yang cukup punya nama di tingkat internasional akan melakukan napak tilas ke pulau tersebut.

"Kegiatan tersebut sebagai persiapan menggarap proyek seni Run for Manhattan, yang akan menghasilkan karya seni rupa, musik, fotografi, film dokumenter, teater, tari, dan buku," ujar Made Wianta di Denpasar, Sabtu (23/03).

Perjalanannya untuk beberapa minggu lamanya itu dilakukan bersama Dekan Teater Universitas Wesleyan, Amerika Serikat Prof Dr Ron Jenkins Buratwangi (fotografer, periset), dan Intan Kirana (Wianta Foundation).

Persiapan sebelum keberangkatan sempat mengadakan diskusi dengan kurator Museum der Kulturen Basel Swis Dr Urs Ramseyer.

"Kami napak tilas dan membuat dokumentasi pulau yang dalam sejarah pernah menjadi pusat perekonomian dunia," tutur Wianta sebelum keberangkatannya.

Ia menambahkan, hasil riset itu akan dikembangkan menjadi berbagai karya seni yang akan melibatkan sejumlah seniman ternama maupun seniman muda dengan harapan terjadi alih keterampilan dengan baik.

Pulau Run (Roon) di Maluku adalah sebuah pulau kecil yang pada abad XVI pernah menjadi pusat perdagangan dunia dengan hasil bumi rempah-rempah yang sangat terkenal.

Pulau kecil ini adalah sumber pala (Myristica fragrans) terbesar dengan kualitas terbaik di dunia, sehingga menjadi incaran bangsa Portugis, Belanda, dan Inggris yang dalam kurun waktu berbeda menguasai Pulau Run tersebut.

Saking mahalnya jenis rempah yang satu ini, harga per kilogram konon bisa untuk membangun sebuah rumah mewah di Eropa. Pada tahun 1667, terjadilah perjanjian Breda menyepakati Pulau Run yang dikuasai Inggris ditukar dengan Pulau New Amsterdam yang masih dalam jajahan Belanda. Kelak, New Amsterdam berubah nama menjadi Manhattan dengan kota megapolitan New York yang menjadi salah satu pusat perekonomian dunia.

Menurut Wianta inspirasi proyek seni yang digarapnya itu muncul dari perbincangan bersama Romo Mudji Sutrisno, budayawan Taufik Rahzen, dan wartawan senior Tempo Seno Joko Suyono di sela-sela muhibah budaya pra Olimpiade Athena tahun 2004.

"Sejarah Run perlu diangkat sebagai kebanggaan dan semoga menjadi inspirasi bagi generasi yang akan datang," harap Wianta. (K-2/yan)

0 komentar:

Posting Komentar