About

Information

Minggu, 17 Maret 2013

Dilema Sepak Bola "Hari Ini Pasti Menang"

Minggu, 17 Maret 2013 - 00:17:06 WIB
Dilema Sepak Bola "Hari Ini Pasti Menang"
Diposting Oleh : Administrator 

Komhukum (Jakarta) - Sepak bola adalah olahraga yang harusnya menjunjung tinggi nilai sportifitas, tapi ternyata ketika sudah menjadi sebuah industri ada juga sisi buruk di dalamnya.

Uang bisa membeli sportifitas, uang bisa membeli hasil akhir sebuah pertandingan. Setidaknya itulah yang tergambar dari film terbaru berjudul "Hari Ini Pasti Menang", besutan Andibachtiar Yusuf.

Layar lebar tersebut bercerita tentang seorang atlet muda berbakat Gabriel Omar Baskoro (Zendhy Zain) atau biasa dipanggil GO 8. Pemain kebanggaan Jakarta Metropolitan itu, punya paket lengkap di dalam maupun luar lapangan.

Urusan mencetak gol bukan masalah lagi baginya, hal itu sejalan mulus dengan urusan menjadi idaman wanita. Dia bak Cristiano Ronaldo dan David Beckham yang jadi satu.

Hanya saja, GO 8 punya moral buruk terutama soal sportifitas. Jiwanya dibeli oleh orang-orang dari dunia judi, sehingga kewajiban menjaringkan bola bukan lagi berdasarkan kemampuan tapi uang. "Kalau udah punya prestasi, layak dong jadi arogan, duit bisa di dapet dari lobang mana aja," ujar GO 8.

Lebih parahnya lagi, tindakan tidak sportif itu didukung pelatihnya sendiri yaitu Dimas Bramatyo (Ray Sahetapy). Keduanya bersekongkol agar bisa mengatur skor akhir pertandingan, demi uang yang didapat dari para penjudi.

Kasus tersebut tertutup rapih, sampai  seorang wartawan bernama Andin (Tika Putri) melakukan investigasi. Perempuan cantik yang juga teman kecil dari GO 8 itu, menelusuri siapa saja yang terlibat dalam judi sepak bola itu.

Untuk mengonfirmasi keterlibatan sang bintang lapangan, Andin bertanya pada Edi Baskoro (Mathias Muchus) yang tidak lain adalah bapak GO 8.

Drama bapak dan anak

Awalnya Edi Baskoro menolak mentah-mentah informasi yang diterimanya dari wartawan olah raga itu. Pasalnya kebanggaan pada anak semata wayangnya, mengalahkan setiap kemungkinan buruk.

Terlebih lagi di depan bapaknya, GO 8 selalu tampak penurut dan berprilaku santun. Sehingga Edi Baskoro butuh waktu, untuk sadar bahwa anaknya tidak seperti yang ada di pikirannya.

Drama bapak dan anak, cukup apik diperagakan dalam film "Hari Ini Pasti Menang". Digambarkan si bapak adalah seorang fanatik sepak bola nasional, sedangkan sang anak merupakan perwujudan harapan yang bisa menjadikan Timnas Indonesia maju di kancah dunia. "Asal kita bisa masuk Piala Dunia, bangsa kita pasti senang," ujar Edi Baskoro kepada anaknya.

Hati penonton, bahkan bisa terkoyak melihat kasih sayang yang diberikan Edi Baskoro kepada Gabriel Omar tersebut. Terutama ketika beberapa kali ada kisah flash back masa kecil GO 8. Bapak merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan sepak bola padanya. Dia mengajak nonton langsung ke stadion, membelikannya kostum timnas, sampai mengantar setiap latihan sepak bola.

Hanya saja hati bapak satu anak itu kemudian hancur berkeping-keping, ketika mengetahui GO 8 terlibat dalam pengaturan skor sepak bola. Dalam pikirannya, bagaimana bisa jadi harapan negara, kalau sportifitas saja bisa dibeli dengan uang?

Film fiksi yang berlebihan
Film "Hari Ini Pasti Menang" memang mengangkat beberapa latar nyata, seperti keberadaan karakter Bambang Pamungkas (Ibnu Jamil), dan gambaran Timnas Indonesia. Biarpun begitu di sisi lain, kesan fiksi terlalu terlihat akibat beberapa unsur berlebihan yang masuk dalam film.

Salah satu contohnya adalah Bambang Pamungkas diceritakan telah bermain di beberapa klub eropa, mulai dari Fiorentina, AS Roma, dan Borussia Dortmund. Dia bahkan telah memecahkan rekor transfer untuk wilayah Asia.

Timnas Indonesia juga digambarkan begitu digdaya, dengan menjadi langganan juara Piala Asia. Pasukan Garuda bahkan telah bisa lolos Piala Dunia, sesuatu yang hampir mustahil bisa dijalani di kehidupan nyata.

Selain itu beberapa dialog pun terasa berlebihan, seperti ketika Ryan Giggs dikabarkan selingkuh dengan Syahrini dan masih banyak lagi. (K-4/EIO)

0 komentar:

Posting Komentar