About

Information

Rabu, 27 Maret 2013

Butuh Sketsa Pembanding, Ungkap Kasus Cebongan

Rabu, 27 Maret 2013 - 13:16:56 WIB
Butuh Sketsa Pembanding, Ungkap Kasus Cebongan
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Kriminal 


Komhukum (Jakarta) - Kasus penyerangan di LP Cebongan Sleman yang menyerbu dan mengeksekusi mati empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) II B, Cebongan, Sleman oleh segerombolan orang bertopeng dan bersenjata hingga kini belum terungkap bahkan belum seorangpun dijadikan tersangka walaupun telah puluhan saksi diperiksa. 

Pengamat Kepolisian Alfons Loemau, M.Si,. M.Bus, mengatakan dalam mengungkapkan hal ini harus perlu bukti yang memadai.

"Untuk menetapkan jadi tersangka itu harus punya bukti permulaan yang cukup. Artinya lebih dari satu alat bukti," jelasnya kepada Komhukum.com, Rabu (27/03).

Alfons juga meminta agar pihak kepolisian segera membuat sketsa pembanding berkaitan dengan adanya kesaksian dari saksi bahwa ada pelaku yang tidak menggunakan topeng.

"Kalau ada orang yang tidak bertopeng, polisi harus menyandingkan contoh-contoh gambar orang itu dan kemudian menanyakan di saksi yang lihat orang itu. Apakah yang nampak di gambar itu orangnya atau bukan?. Tapi jika saksi mengatakan seseorang tanpa ada pembanding, ini akan melahirkan kesulitan baru," tegasnya.

Menurutnya kasus eksekusi Sabtu dini hari dan sampai sekarang belum terungkap bukan sesuatu yang aneh.  "Penyerang dan pembunuhan di LP biasa-biasa saja.  Besar kemungkinan tidak akan terungkap. Sebab alat bukti yang ada di TKP dan sikap para pihak yang satu sebagai penyidik bilang sulit dan akan lama dan pihak lain yang diduga kelompok terlibat bilang tidak mungkin dengan mata melotot artinya menutup pintu untuk  bisa masuk," tegas Alfons lagi.

Baginya hal ini karena diganjal oleh berbagai kenyataan. "Kasus ini tidak mungkin terungkap karena bukti kurang, tidak mau dan tidak mampu mengungkapkannya, " pungkasnya.

Di lain pihak, Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia Police Watch (LSM IPW) meminta Polri segera membuat sketsa wajah salah satu dari 17 anggota "pasukan siluman " yang menyerbu dan mengeksekusi mati empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) II B, Cebongan, Sleman.

"Sketsa wajah itu kemudian dipublikasikan ke publik agar masyarakat dapat membantu memberikan informasi kepada polisi," kata Ketua Presidium IPW, Neta S. Pane di Jakarta, Rabu (27/03).

Sketsa wajah itu bisa dibuat polisi dari keterangan saksi-saksi, sebab sebelum pasukan bertopeng menyerbu ke dalam Lapas, petugas portir sempat melihat ada dua orang yang meminta diizinkan masuk sambil memperlihatkan selembar surat dengan yang berlambangkan Kepolisian Daerah (Polda) Yogyakarta, katanya.

"Selain membuat sketsa wajah, polisi juga perlu membuat sketsa pasukan "penyerbu" yang menggunakan topeng tersebut. Dari sketsa ini akan bisa diketahui "pasukan penyerbu" itu berasal dari mana. Kebiasaan menggunakan peralatan dan menempatkan asesories, seperti granat di bagian tubuhnya bisa menjadi indikasi siapa sesungguhnya mereka," kata Neta.

IPW memuji aparat kepolisian yang terus bekerja mengusut kasus penyerbuan Lapas Sleman. Bukti-bukti dan keterangan saksi-saksi terus dikumpulkan. Hanya saja publik menuntut agar polisi bekerja cepat sehingga kasus ini bisa terungkap dengan cepat, katanya. (K-5/el)

0 komentar:

Posting Komentar