About

Information

Senin, 04 Maret 2013

Srilangka Protes Pemutaran Film "No Fire Zone" di PBB

Sabtu, 02 Maret 2013 - 15:39:27 WIB
Srilangka Protes Pemutaran Film "No Fire Zone" di PBB
Diposting Oleh : Administrator 

Komhukum (Jenewa) - Film dokumenter menggambarkan pembunuhan warga dan penjahat perang oleh tentara Srilanka diputar untuk umum pertama kali pada hari Jumat, namun dengan cepat ditolak pemerintah.

"No Fire Zone", film dokumenter serupa "The Killing Fields" bagi Srilanka merupakan film ketiga garapan wartawan Inggris merangkap sutradara, Callum Macrae. Film tersebut mengangkat keadaan terakhir perang saudara hampir 30 tahun di Srilanka.

"Kita melihatnya sebagai sebuah film, tetapi juga suatu ajakan untuk beraksi," kata Macrae dalam jumpa pers, Jumat (1/03).

Menurutnya, cerita dalam film tersebut merupakan gambaran asli sebagai bukti suatu kejahatan perang. "Saya ingatkan bahwa isinya sangat menakutkan," katanya.

Puluhan ribu warga sipil terbunuh pada bulan terakhir masa perang tahun 2009. Sebuah panel di PBB mengatakan bahwa pasukan pemerintah maju ke ujung utara pulau yang dikuasai kelompok pemberontak Tamil yang memperjuangkan tanah merdeka.

Film ini melukiskan pemandangan yang mengerikan di wilayah yang dikuasai pemberontak Tamil sebelum mereka ditumbangkan pada tahun 2009.

Di wilayah yang ditetapkan oleh tentara sebagai daerah bebas tembakan, kelompok Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa tentara telah menembak ribuan warga sipil Tamil dengan granat dan meriam dan hingga saat ini tidak ada hukuman terhadap mereka.

"Kelompok Tiger bersalah sebagai penjahat perang, bersalah karena menjadikan anak-anak sebagai tentara, dan mencegah warga sipil untuk meninggalkan wilayah tersebut, sehingga mereka juga terlibat pada kejadian itu," kata Macrae.

Pemerintah Srilangka pekan ini secara resmi mengajukan protes atas pemutaran film itu di PBB dan meminta Dewan HAM untuk menghentikannya.

Pemutaran film yang diprakarsai oleh kelompok pegiat HAM menggalang dukungan internasional untuk melakukan penyelidikan atas kekejaman kedua pihak agar dilanjutkan.

"Dengan menyediakan wadah untuk memeriksa film yang diragukan keasliannya, distorsi, sumber yang kurang tepat dan tuduhan yang tidak semestinya, penyokong acara ini cenderung menodai citra Srilangka," ujar Ravinatha Aryasinha, Duta Besar Srilangka untuk PBB di Jenewa kepada penonton, Jumat (1/03).

"Akan perlu waktu beberapa hari atau pekan untuk menyatakan kebenaran fakta dari isi film ini," KATA Aryasinha yang tidak menyaksikan filmnya tetapi memasuki gedung tersebut setelah film selesai diputar.

Colombo menilai film ini sebagai cara menyindir dan kampanye terencana yang strategis untuk mempengaruhi perdebatan di dewan HAM mengenai Srilangka.

Tetapi menurut Macrae, beberapa gambar eksekusi terhadap korban yang telanjang atau tawanan dengan mata tertutup, diambil dari video yang direkam oleh pasukan pemerintah dengan telepon genggam.

Sebelumnya dua film Macrae menganai perang Srilanka juga sudah diputar oleh Channel 4 Inggris.

Balachandran Prabhakaran, seorang bocah berusia 12 tahun putra pendiri Macan Tamil, Velupillai Prabhakaran yang sudah dieksekusi, ditampilkan dalam serangkaian foto beberapa jam sebelum hidupnya yang pendek berakhir.

"Pertama kami melihat ia berada di dalam mobil tentara, kemudian ia terlihat sedang makan cemilan kemudian tertembak mati dengan luka di kepala," demikian salah satu petikan film tersebut.

"Dari pakaiannya terlihat bahwa ia sempat diseret di luar menuju ke tumpukan kayu pembakaran mayat, dan mayatnya dibakar di luar gedung tempat ia ditembak, sehingga merusak bukti-bukti," ahli forensik Derrick Pounder mengatakan di film itu.

Suatu panel terdiri atas para ahli dan pegiat HAM dibentuk oleh sekjen PBB Ban Ki-moon mengumpulkan bukti-bikti konflik tersebut. Namun hasil temuan mereka ditolak oleh pemerintah Srilangka.

Panel itu menyebutkan bahwa tentara terbukti melakukan kekerasan massal dan membunuh sedikitnya 40 ribu warga sipil dalam bulan terakhir konflik tersebut. (K-2/yan)

0 komentar:

Posting Komentar